Selasa, 30 September 2014

Desktop Environment

Pada komputer, sebuah lingkungan desktop (bahasa Inggris: desktop environment (DE)) umumnya merujuk ke gaya grafis antarmuka pengguna (GUI=Graphical User Interface) yang mememperlihatkan kiasan desktop di layar komputer modern. Lingkungan desktop adalah alternatif yang paling populer sebagai pengganti antarmuka baris perintah (command line interface) (CLI) yang saat ini umumnya digunakan terbatas oleh para pakar komputer. 
Sebuah lingkungan desktop menyediakan antarmuka pengguna grafis yang lengkap (GUI) untuk sistem dengan bundling bersama berbagai klien X ditulis dengan menggunakan widget toolkit umum dan mengatur perpustakaan.
Sebuah lingkungan desktop bundel bersama-sama berbagai X klien untuk memberikan umum grafis elemen antarmuka pengguna seperti ikon, toolbar, wallpaper, dan widget desktop. Selain itu, sebagian besar lingkungan desktop termasuk satu set aplikasi terintegrasi dan utilitas. Yang paling penting, menyediakan lingkungan desktop window manager mereka sendiri, yang namun biasanya dapat diganti dengan satu lain yang kompatibel.

Debian mendukung semua jenis lingkungan grafis dari lingkungan desktop yang penuh fitur seperti Gnome dan KDE, dengan lingkungan yang lebih ringan seperti Xfce danLXDE, jendela manajer bahkan lebih ringan seperti Openbox dan jendela ubin manajer seperti Wmii.

GNOME



GNOME adalah lingkungan desktop dan antarmuka grafik pengguna yang berjalan di atas sistem operasi. GNOME secara keseluruhan terdiri dari perangkat lunak bebas dan gratis. GNOME merupakan proyek internasional untuk menciptakan kerangka, aplikasi perangkat lunak untuk desktop, dan juga untuk mengatur peluncuran, penanganan file dan manajemen tugas jendela (window). GNOME adalah bagian dari proyek GNU dan dapat digunakan di kebanyakan sistem operasi Unix-like, kebanyakan Linux danOpenSolaris desktop.
Awalnya "GNOME" merupakan akronim dari GNU Network Object Model Environment, sesuai dengan rencana awalnya untuk mendistribuskikan kerangka objek yang mirip dengan Microsoft's OLE[3]; namun akronim ini sudah tidak dipakai[4] karena sudah tidak sesuai dengan visi proyek GNOME.


GNOME 1, Maret 1999

Proyek GNOME berfokus pada kesimpelan, ketersediagunaan, dan membuat segala hal "bekerja". Sasaran lain proyek adalah:
1.     Kebebasan - untuk menciptakan lingkungan desktop yang siap menyediakan source code untuk penggunaan ulang lisensi perangkat lunak.
2.     Aksesibilitas - untuk memastikan desktop dapat digunakan oleh setiap orang, walaupun memiliki keterbatasan teknis atau fisik.
3.     Internasionalisasi dan Lokalisasi - untuk menyediakan desktop dalam berbagai bahasa. Saat ini, GNOME sedang diterjemahkan ke 175 bahasa[15] .
4.     Kecocokan Pengembangan - untuk memastikan perangkat lunak yang mudah ditulis dan diintegrasikan dengan desktop, dan menawarkan developer piliham bahasa pemrograman secara bebas.
5.     Organisasi - untuk mengeluarkan siklus rilis yang teratur dan menjaga disiplin struktur komunitas.
6.     Dukungan - untuk memastikan dukungan dari institusi lain di komunitas GNOME.

GNOME dimulai pada Agustus 1997 oleh Miguel de Icaza dan Federico Mena[5] sebagai proyek perangkat lunak bebas untuk mengembangkan lingkungan desktop dan aplikasinya.[6] GNOME dimulai karena KDE, proyek lingkungan desktop (yang juga merupakan perangkat lunak bebas), bergantung pada Qt toolkit yang pada waktu itu memakai lisensi Proprietari[7]. Sebagai ganti dariQt, GNOME memilih kerangka GTK+. Lisensi GTK+ adalah GNU Lesser General Public License (LGPL), lisensi perangkat lunak bebas yang mengijinkan pemakaian ke lisensi lain seperti lisensi Proprietary[8]. GNOME sendiri dilisensi di bawah LGPL untuk datanya danLisensi Publik Umum GNU (GNU GPL) untuk aplikasinya.
Perusahaan perangkat lunak CaliforniaEazel mengembangkan pengatur file Nautilus dari 1999 sampai 2001. De Icaza dan Nat Friedman kemudian menemukan kode helix (selanjutnya disebut Ximian) pada 1999 di Massachusetts. Perusahaan itu mengembangkan infrastruktur dan aplikasi GNOME, dan pada 2003 perusahaan itu dibeli Novell.


Aplikasi Yang dapat Diinstall :
1.     Banshee logo
Banshee media player memungkinkan Anda untuk memainkan musik dan video. Tetap terhibur dan up to date dengan podcast dan video podcast. Sync Anda Android, iPod, dan perangkat lainnya.

2.     Cheese logo
Keju memungkinkan Anda untuk mengambil foto dan video dengan webcam. Kumpulkan semua teman Anda di sekitar, bersenang-senang! Setelah selesai, berbagi foto dan video dengan 'em!.

3.     Inkscape logo
Menggambar bebas! Sebuah aplikasi ilustrasi vektor, Inkscape memungkinkan Anda untuk menghasilkan grafis yang menakjubkan dalam web Format SVG standar.

4.     GIMP logo
Dapat digunakan sebagai program sederhana cat, program retouching foto kualitas ahli, sistem online batch processing, sebuah produksi massa renderer gambar, atau bahkan gambar format converter.

5.     Simple Scan logo
Sebuah cara yang sangat mudah untuk memindai kedua dokumen dan foto. Anda dapat memotong bagian-bagian yang buruk dari sebuah foto dan putar jika itu adalah cara yang salah bulat. Anda dapat mencetak scan Anda, ekspor mereka ke pdf, atau menyimpannya dalam berbagai format gambar.

6.     Tomboy Logo
Tomboy adalah aplikasi catatan-mengambil. Sederhana dan mudah digunakan, tetapi dengan potensi untuk membantu Anda mengatur ide-ide dan informasi yang Anda berurusan dengan setiap hari.

7.     Rhythmbox logo
Mengatur dan mendengarkan musik, CD rip. Telusuri, pratinjau, dan men-download album dari Magnatune dan Jamendo. Fitur radio Internet dan Last.fm. Memiliki dukungan yang baik untuk pemain musik penyimpanan massal.


WINDOW  MANAGER

Window manager adalah X klien yang mengontrol tampilan dan perilaku dari frame ("jendela") di mana berbagai aplikasi grafis diambil. Mereka menentukan perbatasan, Titlebar, ukuran, dan kemampuan untuk mengubah ukuran jendela, dan sering menyediakan fungsi lainnya seperti area dicadangkan untuk menempel dockapps seperti Window Maker, atau kemampuan untuk jendela tab seperti Fluxbox. Beberapa manajer jendela bahkan dibundel dengan utilitas sederhana seperti menu untuk memulai program atau mengkonfigurasi WM itu sendiri.
Diperpanjang Jendela Petunjuk Manajer spesifikasi ini digunakan untuk memungkinkan para manajer window berinteraksi dengan cara standar dengan server dan klien lain. Beberapa manajer jendela dikembangkan sebagai bagian dari lingkungan desktop yang lebih komprehensif, biasanya memungkinkan aplikasi yang disediakan yang lain untuk lebih berinteraksi satu sama lain, memberikan pengalaman yang lebih konsisten kepada pengguna, lengkap dengan fitur seperti ikon desktop, font, toolbar, wallpaper, atau widget desktop.
Beberapa manajer jendela malah dirancang untuk digunakan standalone, memberikan pengguna kebebasan penuh atas pilihan aplikasi lain untuk digunakan. Hal ini memungkinkan pengguna untuk menciptakan lingkungan yang lebih ringan dan disesuaikan, disesuaikan dengan / kebutuhan khusus sendiri nya. "Ekstra" seperti ikon desktop, toolbar, wallpaper, atau widget desktop, jika diperlukan, akan harus ditambahkan dengan aplikasi khusus tambahan.


DISPLAY MANAGER
         
Seorang manajer display, atau login manager, biasanya antarmuka pengguna grafis yang ditampilkan pada akhir proses boot di tempat shell default. Ada berbagai implementasi dari manajer display, hanya karena ada berbagai jenis window manager dan lingkungan desktop. Biasanya ada sejumlah kustomisasi dan themeability tersedia dengan masing-masing.

Sumber :


Cara Menambahkan Launcer

3.   Tutorial Cara Menambah Launcher Pada Desktop Debian

3.1           Buka OS Debian Divirtual Box lalu log in.


3.2           Setelah masuk pada tampilan langsung saja ke kontrol panel.



3.3           Setelah itu pilih dan Add Launcher yang akan ditambahkan sesuai selera, kali ini saya memilih aplikasi Karakter Palette.


3.4           Setelah selesai memilih pilih close untuk menutup aplikasi.

3.5               Selesai.

Cara Merubah Tema

2.          Tutorial Cara Merubah Tema Pada Desktop Debian

2.1           Buka OS Debian Divirtual Box lalu log in.



2.2           Setelah masuk pada tampilan Desktop klik kanan pada mouse, maka akan muncul tampilan berikut.



2.3           Setelah itu pilih menu Theme.


2.4           Setelah Itu, Pilih Tema yang Anda Inginkan.



2.5           Setelah selesai memilih pilih close untuk menutup aplikasi.


2.6           Selesai.



Cara Merubah Walpaper/Background

1.   Tutorial Cara Merubah Wallpaper/Background Pada Desktop Debian

1.1           Buka OS Debian Divirtual Box lalu log in.




1.2           Setelah masuk pada tampilan Desktop klik kanan pada mouse, maka akan muncul tampilan berikut.



1.3           Setelah itu pilih Walpaper/Background yang Anda inginkan.



1.4           Setelah selesai memilih pilih close untuk menutup aplikasi.



Selesai, Semoga Bermanfaat :)

Kamis, 25 September 2014

Membuat Cerpen Karangan Sendiri

Mengenal Luka dan Beda
Oleh : Silvi Yani
XI Tkj- A
            Kelahiran seoarang anak adalah hal yang ditunggu-tunggu oleh setiap orangtua, namun tidak bagikuMenurut ibuku kehadiranku didunia adalah sebuah bencana yang merenggut kebahagiaan serta jatuh pada kesengsaraan yang menjadi titik awal dimana aku terlihat berbeda dan merasakan luka dari setiap dan perlakuan yang aku terima.
            Jam berdetak dan berdering menunjukkan waktu pukul 06.30 “Sial, aku telat” aku mengerjap dan terbangun melihat jam, adan buru-buru untuk siap-siap pergi kesekolah. Aku memang sudah biasa bangun sendiri tak seperti anak remaja yang lain yang selalu dibangunkan ibunya ketika mau berangkat sekolah. Melihat kehebohan yang buat tanpa aku sadari ibu sudah berada dibalik pintu dan berkata dengan sinis “Makanya, kalo bangun itu pagi. Jadi  ga akan repot dan rusuh kaya gini kan??” Aku langsung respon   “Ibu... Aryanti telat karena Aryanti tidur larut untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan pekerjaan sekolah !”                                                                                                     “Siapa suruh sekolah ?” tegas Ibu. Bukannya mendapat sarapan yang enak karna telat, tapi pagi aku sudah mendapat kata-kata bengis dari Ibu. Dan aku hanya bisa menatap sejenak kearah ibu serta melihat jam sambil langsung menyerobot tangan ibu untuk menciumnya sejenak  sambil berkata "Aryanti berangkat Bu, Assalama’alaikum”. Berbeda juga dengan anak yang lain jika seorang anak pergi kesekolah mendapat senyum dan doa tapi aku hanya bisa mendapatkan tatapan tajam yang menusuk. Dengan hati yang sedikit kabut aku pergi melangkah untuk menuntut ilmu  dengan setengah berlari untuk menunggu bus  karna 20 menit lagi kira-kira gerbang sekolah ditutup.
            Soal ibuku yang tadi, aku sudah biasa dengan sikap dingin yang Ibu berikan padaku dan ini juga merupakan rutinitas yang aku jalani dalam kehidupanku sebenarnya ini menimbulkan luka dihatiku yang cukup besar serta menghadirkan seribu tanya didalam otakku “Kenapa aku dilahirkan?” “Kenapa Ibuku berbeda dengan ibu yang lain”             “Kenapa Hidupku seperti ini?” blablabla.. tapi satu yang selalu membuatku termotivasi yaitu “senyum dimanapun, kapanpun jika merasa sedih.”
            Namaku Aryanti Oktaviani dianggil Aryanti aku duduk bangku SMA Negeri di Jakarta kelas XI-IPA 2. Kecintaan ku terhada ilmu pengetahuan dan alam membawaku untuk sekolah disini “Akhirnya, busnya datang” aku melangkah masuk kedalam bus menerobos pintu bus yang lumayan cukup padat untuk ukuran jam segini. Karena aku kesiangan aku tidak kebagian tempat duduk dan terpaksa harus berdiri menahan aroma bau sana-sini. Yang paling aku kesal ketika supir bus terkadang menggunakan rem dadakan dan efeknya aku sering jadi korban sinetron, jika disinetron supir menggunakan rem dadakan sicewek jatuh ke pelukan cowok aku malah tersungngekur dan tak jarang aku melihat pemandangan yang bisa dibilang indah yaitu seorang ibu memeluk atapun mengelus anaknya setulus hatinya dan sering aku iri kapan yah bisa seperti itu, tapi aku selalu berharap suatu hari nanti ibuku seperti itu dan menyayangiku layaknya anak yang diinginkan, meskipun ibuku punya karater tersendiri aku tetap yakin didalam benaknya dia masih menyayangiku. Buktinya,  setelah Ayahku pergi dan entah kembali semenjak aku lahir serta meninggalkan hutang sana-sini ibulah yang membayar semua hutang Ayah hingga hartanya habis dan ibu jatuh miskin tapi  beliau masih mau banting tulang untuk membiayaiku sekolah dan mencaukupi kebutuhan hidupku, meski aku harus mencari sebagian biaya untuk sekolah ini.
            Aku memang anak tunggal, tapi tidak dimanja seperti anak tunggal yang lain. Sepulang sekolah biasanya aku pergi ke warung nasi jarak antara rumah dan warung nasi ini cukup dekat karena kita tetanggaan, aku bekerja sebisa mungkin seperti mencuci piring, beres-beres, dan memberikan makanan kepada pemesan. Aku seperti ini sebenernya lelah setiap kali aku diajak main oleh teman-temanku aku tak bisa karana harus mendapat uang yang ala kadar nya segitu juga sudah cukup, Allhamdulillah. Sedikit demi sedikit aku kumpulkan uang dari pemberian Ibu Ati pemilik warung nasi itu untuk meringankan beban ibu.
            Sudah hampir sampai sekolah “Berhenti Pak.. !! “ Aku turun dari dalam bus ditemani asap knalpot bus yang masih mengepul setengah berlari aku hendak memasuki gerbang “Untungnya gerbang masih dibuka jadi gak bakalan kena hukum deh” Aku berkata dalam hati sambil tersenyum  sampai aku teringat sesuatu senyuman itu memudar teringat sesuatu “Ya Ampun aku lupa, jika hari ini adalah pelajaran Ibu Resty, Guru Kimia yang killer!!” kali ini aku benar-benar berlari memasuki lorong sekolah dengan bermodal kebiasaanku yang ceroboh  segala macam barang aku tabrak dan terpental kali ini aku tak sengaja menendang ember kosong dan terpental hingga nyangkut kekapala Pak Ade Si penjaga Sekolah yang sedang menyiram tanaman“Woy.. hati-hati dong” suara pak ade yang nyerocos membuatku tidak bisa menahan tawa karena dia berbicara didalam ember apa kupingnya tidak pengang. Karena aku sibuk melihat kebelakang takut-takut ketahuan Pak Ade aku jadi tidak melihat kedepan aku kembali menabrak sesuatu tapi kali ini berbeda justru kali ini aku yang terpental ke sudut tembok yang aku tabrak ternyata bukan barang melainkan orang dengan reflek aku berkata “Aww, sakit..” sembari melihat sikutku yang sedikit memar karena terpental ketembok. “Sorry..sorry gue sengaja” ketika aku sedang sibuk membersihkan debu dibajuku tiba-tiba sebuah tangan terayun “Sini gue bantu” dengan ekspresi kesal sambil memegang tangannya aku berkata “Makanya, kalo jalan tuh..” belum sempat aku meneruskan kata-kataku aku malah terpesona karana yang dihadapan ku kali ini adalah cowok keren, tinggi, putih dengan wangi parfum papermint yang khas. “Sorry, gue ga sengaja. Oh, iya tangan lo luka yah?” Kata-kata yang dia ucapkan cukup membuatku terhipnotis dengan kegantengannya belum sempat aku jawab iya dia mengeluarkan plester dan memasangkannya tepat diluka sikutnya, sementara dia sibuk memasangkan plster dilukaku, tapi aku malah sibuk memperhatkan wajah cowok ganteng itu. Ok aku bakalan ganti kata “gantengnya” tapi suara bel menyadarkanku dan membuatku kembali terbangun dari hipnotis dadakan ini “Gue telat, sorry gue buru-buru” dengan senyuman senang aku berlar\ri untuk memasuki ruangan kelas takut-takut Ibu Resty sudah memasuki kelas duluan, cowok itu pun juga pergi dengan senyuman khasnya dan melangkah pergi.
            Untung saja, Ibu Resty belum masuk jadi aku bebas dari hukuman dan cepat-cepat menyambar kursi “Nah loh, hampir telat lagi kan. Apa gue bilang?” celetuk dari arah samping bangku yang kududuki. Itu adalah salah satu temanku namanya Lina “Lo habis ngapain sih Yan?” dengan nafas terengah-engah aku memaksakan untuk menjawab “lo tau kan, rotunitas gue lin, masa gue harus ceritain sama lo lagi”                                                                                                                 “Ya, gue tau. Tapi lo kan bisa minta bantuan gue, jadi lo ga akan ribet lagi” kata lina.                       “Lin, gue gak mau ngerepotin lo, lo udah mau jadi teman gue terus udah mau mencoba bantuin gue  secara ikhlas gue udah seneng.. banget” bukannya mendapat keterharuan tapi malah pipiku yang menjadi sasaran Lina untuk dicubit dia beralasan jika pipiku empuk untuk dicubit.
            Bel berbunyi tanda pelajaran hari ini telah usai dan dilanjutkan besok. Aku segera merapikan buku dan alat tulisku sambil buru-buru “Lin, gue duluan yah. Gue buru-buru banget mau keperpustakaan dulu soalnya gue mau ngerjain tugas dari Ibu Resty yang tadi mumpung waktu nya lagi kosong”                                                                                                                              “Loh, lo ga akan bareng sama gue, Please?” bujuk Lina tak menggentarkan ku untuk membatalkan pergi keperpus “Sorry, Lin hari ini bener-bener ga bisa”                                                                   “Yaudah, tapi hati-hati yah gue pulang duluan maaf gue ga bisa nemenin lo” muka polos dan tatapan menyedihkan Lina hanya membuatku tersenyum mengangguk.
Kedatanganku keperpustakaan disambut ribuan buku yang harus aku cari salah satunya, hampir 15  menit aku mencari tapi aku belum menemukan buku itu, hanya buku-buku lapuk dan berdebu yang kebanyakan aku lihat sampai akhirnya aku menemukan buku itu yang letaknya dipojok rak atas dekat lorong pojok. Dengan perasaan senang aku bersorak “Nah.. buku itu yang aku cari dari tadi” karena letaknya diatas aku mencoba mengambilnya dengan cara sebisa mungkin yaitu melompat-lompat tapi aku tak bisa menggapai buku itu hingga akhirnya aku pasrah dan mulai kesal disertai keringat yang bercucuran dan nafas yang terengah-engah. “Mau gue ambilin?” suara itu persis seperti orang yang menabrakku tadi pagi. Aku terbangun dan melihat cowok itu melihat balik ke  arahku “Lo lagi?” aku terkaget karena memang benar itu dia, dengan sigapnya dengan mudah ia mengambil buku itu aku berdecis seperti iklan susu saja. “Terima Kasih” ucapku sebagai hadiahnya karena hanya itu yang bisa aku berikan kasian sekali aku ini. “Sama-sama” balas cowok itu, sembari tersenyum dan aku meneruskan kata-kataku “Maaf yang tadi gue buru-buru jadi gue ga sengaja nabrak lo”                                                                                                                        “Gak, ko gue yang salah tadi gue ga sempet menghindar” aku mengangguk senyum “Gue Kevin, gue anak baru disini pindahan dari Bali dan lo?”                                                                                   “Gue Aryanti kelas XI-IPA 2, lo kelas berapa?                                                                                     “Gue kelas XI IPS 1” Kita bercengkrama cukup banyak setelah pulang bareng dari perpustakaan itu tak hanya itu, tabrakan yang terjadi saat tadi pagi menjadi titik awal kedekatanku dengan kevin.
Karena warung nasi tempat aku bekerja sambilan sepi, mau tak mau  aku harus mencari pekerjaan lain karena upah dari warung nasi ini belum cukup apalagi sepi kaya gini, “Maaf ya Yanti, Ibu belum bisa banyak membantu kamu” ditengah sepi, Ibu Ati memulai perbincangan. “Tidak papa Bu, justru harusnya Yanti juga harusnya berterima kasih kepada Ibu karena Ibu sering membantu dan Yanti sering merepotkan Ibu”                                                                                                       “Ibu tidak merasa tdirepotkan, karena Ibu sudah menganggap kamu sebagai anak Ibu sendiri”              Aku tersenyum sambil memeluk Ibu Ati dan berbisik didalam hati “Kapan yah Ibuku sendiri memelukku seperti ini” Lalu ditengah senangnya dipeluk oleh Ibu meski bukan Ibu sendiri muncul satu ide di otakku seperti bohlam yang menyala “Ibu, disekolah kan warung nasinya terbatas lagi pula anak-anak kadang suka malas ke kantin, kenapa kita ga coba jualan nasi bungkus aja Bu?”         “Jualan Nasi bungkus???” Ibu Ati nampak heran.                                                                  “Iya, Ibu yang bungkusin nasinya nanti Yanti yang  jual, tenang Bu pasti Yanti membantu membungkus nasinya jadi Ibu masih ada penghasilan lebih kan?”                                               “Tapi, apa bakalan laku Yan?”                                                                                                       “Ibu tenang aja, kita coba terlebih dahulu tanpa mencoba kita tak mungkin tahu hasilnya kan? Lagi pula rezeki sudah diatur oleh Alloh SWT.”  Ibu Ati kembali memelukku, wajah muram yang tadi aku lihat kini berubah menjadi sumeringah dan semangat kembali                                                      “Aku tak boleh mengecewakan Ibu Ati, ga boleh aku harus berusaha” aku berbisik dalam hati.      “Jadi, mau kapan kamu jualan nasi bungkus disekolahnya?”                                         “Secepatnya Bu, mulai dari besok juga tak apa jadi Yanti kerumah Ibu bisa lebih pagi sebelum berangkat sekolah”                                                                                                         “Yasudah, jika itu mau kamu, ibu tunggu besok yah” Aku tersenyum melihat orang didekatku bisa bahagia mesku pun bantuan ku belum seberapa.
Besok paginya, setelah sholat shubuh aku sudah bersiap-siap kerumah Ibu Ati dengan setelan sekolah supaya aku bisa langsung berangkat ke Sekolah setelah selesai membantu Ibu Ati, karena aku bangun pagi sekali Ibuku sendiri malah tampak keheranan melihat aku bangun pagi buta kaya gini. “Kamu mau kemana pagi-pagi sudah berangkat?”                                                                          “Aku mau kerumah Ibu Ati dulu Bu, soalnya ada bisnis kecil-kecilan” jawaban dariku hanya membuat Ibu menggangguk karena rasa kepo nya sudah terobati. Setelah berpamitan aku melangkah keluar rumah  tak berapa lama aku sampai dirumah Ibu Ati aku pun langsung mengetuk pintu “Asslamu’alaikum..” tak berapa lama terdengar suara jawaban                                    “Wa’alaikumsalam” ternyata yang membuka pintu adalah suami Ibu Ati, yaitu Pak Soleh tidak kalah ramah dan baiknya seperti Ibu Ati. “Eh, Yanti silahkan masuk Ibu sudah menunggu”                         “Iya, Pak. Terima kasih” setelah masuk aku langsung membantu Ibu Ati membungkus nasinya serta lauk pauknya. “Oh, iya Bu. Yanti jual berapa Bu per bungkusnya. “Dari Ibu, harga per bungkus nya Rp. 5000,00 tapi sama Yanti jualnya Rp. 7000 aja yah?  Ibu sudah siapkan sarapan untuk kamu Yan, Ibu taruh diatas meja makan, dimakan yah?”                                                                           “Iya Bu” tanpa bertanya banyak aku sudah mengerti jadi upahku dari setiap bungkus mendapat Rp. 2000, 00. Akhirnya proses pembungkusan nasi selesai karena prosesnya di bantu juga oleh Pak Soleh tak lupa aku juga menghabiskan sarapan yang dibuat Ibu Ati setelah berpamitan untuk pergi ke Sekolah dan tak lupa meminta doa aku melangkah pergi meninggalkan senyuman dari orangtua keduaku ini.
Seperti biasa, aku menunggu Bus di halte. Tak berapa lama Bus pun datang, karena masih pagi jadi didalam Bus belum ada orang banyak aku pun melangkah masuk tanpa memperhatikan tempat duduk yang aku duduki karena aku membawa beban yaitu sekeresek nasi bungkus yang cukup membuat sebagian tenagaku terkuras aku langsung duduk ditempat duduk yang satu bangkunya sudah terisi oleh pemuda sekolah seperti ku, mukanya tidak terlalu terlihat karena kepalanya melihat kearah jendela. Dengan nafas terengah-engah akhirnya aku duduk. “Aryanti? Tiba-tiba ada yang memanggilku, aku mencari sumber suara itu. “Kamu? Ko kamu lagi sih,” aku kaget setengah mati, karena Kevin pemuda yang menabrakku kemarin berada di samping tempat yang aku duduki. Dengan senyman khas nya dia bertanya “Kamu, bawa apaan?”                                                                      “Apa? Oh ini?  Ini daganganku”                                                                                          “Kamu jualan disekolah?”                                                                                                          “Ya begitulah” Dia hanya mengangguk kecil, disertai Oh nya itu. Bus akhirnya sampai ditempat yang biasa aku turun kali ini berbeda karena aku ditemani Kevin. Meski pun tak sengaja kita bertemu di bus, melihat aku bersusah payah turun dari bus  mengangkat beban nasi bungkus tanpa berkata apapun Kevin langsung menyerobot mengambil alih mengangkat beban nasi bungkus itu spontan aku kaget “Heh, mau dikemanakan? Itu berat hayo, sini aku saja yang bawa”                                             “Kamu itu cewek, masa bawa-bawa beban berat kaya gini”                                                             “Gak berat ko, kamu saja yang alay”                                                                                       “Aku antar kamu sampai kelas yah?” “Hah??” langkahku terhenti mendengar kata itu                    “Udah, ayo cepet”.                                                                                                                   “Ya, Alloh. Orang ini baik sekali terima kasih Ya Alloh sudah menghadirkan teman seperti Dia” Bisikku didalam hati sambil sesekali curi pandang sambil tersenyum.
Kevin tak bohong, benar saja dia mengantarku sampai pintu kelas “Nih, dagangannya. Semangat ya jualannya”                                                                                                              “Iya, terima kasih yah maaf udah ngerepotin”                                                                                  “Engga ko, Gue kekelas dulu yah” Aku mengangguk kecil tak percaya, seolah dia seperti malaikat saja. Aku pun masuk keruang kelas ternyata kelas sudah ramai tanpa banyak berfikir aku menawarkan daganganku ke semua teman-teman ku di kelas ternyata benar saja kebanyakan  dari mereka jarang sarapan dirumah daganganku langsung ludes. Alhamdulillah.
Seiring berjalannya waktu, Life is never Flat. Kedekatanku dengan kevin tidak hanya sebagai teman biasa namun hubungan kami lebih dari itu 1 bulan dari kedekatan kita Kevin menyatakan perasaannya padaku singkatnya kita pacaran. Lina pun tau karena aku sering menceritakan itu kepada Lina. Banyak kesamaan antara Kevin dan aku, kita sama-sama suka musik Pop.
Setelah hubungan ini berjalan 3 bulan, Kevin mengajakku untuk berkenalan dengan orang tuanya. Aku tau aku dan Kevin berbeda keyakinan tapi kita saling menghargai dan bertoleransi akan hal itu. Malam itu akhirnya tiba,sebenernya aku tak berfikir sejauh ini tapi perasaan ku tidak enak tapi aku memaksakan untuk pergi karena menghargai tawaran dari Kevin. Aku pun tiba disebuah rumah, nampak sebuah rumah bercat putih bak mirip istana yang sangat luas aku singgahi. Setelah masuk, bertemu dengan orang tua Kevin dan dipersilahkan duduk aku sedikit bercengkrama dengan ibunya Kevin, ibu Kevin terlihat begitu ramah “Oh, ini yang namanya Aryanti” aku mengangguk tersenyum hatiku lega ternyata aku diterima dikeluarga ini namun  berbeda dengan Ayah Kevin justru beliau banyak menyakan tentang bebet, bobot keluargaku tanpa merasa curiga aku menjawabnya dengan jujur. Ayah Kevin memanggil Kevin untuk berbicara kebelakang. Awalnya aku mengira Ayahnya akan membicarakan hal diluar tentang aku. Namun perdebatan yang mereka lakukan  membuat telingaku mendengar kata-kata yang sebenarnya tak ingin aku dengar “Kamu tidak pantas mencintai Dia, Dengarkan Ayah !! Dia sungguh sangat berbeda dengan kita carilah seseorang yang sama keyakinannya dengan kita”
Aku tak sanggup lagi mendengar kata-kata itu lagi, aku berpamitan pulang kepada Ibu Kevin dengan nada setengah menangis “Maaf Bu, jika kedatanganku menganggu di keluarga ini.Sebenernya aku melihat tanda tak tega dimata Ibu Kevin tapi beliau juga tak bisa berbuat apa-apa. Aku berlari keluar rumah dengan hujan yang cukup deras.
Aku berlari, terus lari sambil menangis tak henti dan tak perduli suara Kevin memanggilku. Aku  terhenti dan berkata “Hatiku sakit sekali Tuhan, kenapa aku dilahirkan berbeda dengan yang lain, Aku cinta Dia hanya dia yang bisa membuatku tersenyum saat Ibuku memperlakukan ku speperti ini tapi sekrang justru senyuman itu berubah menjadi luka yang menganga dihatiku entah sampai kapan luka itu sembuh dengan sendirinya”
“Aryanti..” Kevin memelukku dengan erat  saat hujan turun dengan lumayan deras “Maafkan atas perlakuan dan sikap kedua orang tuaku”                                                                              “Harusnya aku sadar aku siapa Kevin, bahwa aku tidak pantas untuk kamu cintai perbedaan kita seperti langit dan bumi” aku berkata  terbata-bata sambil melepas pelukan itu. “tapi, aku cinta, aku sayang kamu Yanti.. hanya kamu yang bisa memberikan arti kesederhanaan dan kerja keras dalam hidup” jawab hidup.
“Aku untuk kamu.. kamu untuk aku, namun semua apa iman kita yang berbeda. Tuham memang satu kita yang tak sama haruskah aku lekas pergi meski cinta tak kan bisa pergi” aku menyanyikan sebuah lagu sambil mengusap air hujan yang membasahi rambut Kevin dan tak terasa air mataku menitik jatuh tak tertahankan Kevin segera mengusap air mataku yang jatuh sambil menyanyikan balasan lagu yang aku nyanyikan.
“Oh.. cintaku kumau tetap kamu menjadi kekasihku jangan pernah berubah.. selamanya kan kujaga dirimu seperti kapas putih dihatiku tak kan kubuat noda” Lagu yang Kevin nyanyikan adalah lagu yang dibawakan oleh penyanyi  yang sama-sama kita sukai.  Hujan pun reda Kevin dengan terseyum dia berkata “Perbedaan diantara kita bagaikan tembok yang sangat besar maka kita harus hanvurkan tembok itu agar kita bisa bersatu, mulai dari sekarang ajari aku Islam”
Aku kaget dengan kata-kata yang diucapkan Kevin sekaligus menghadirkan tangisan haru karena dia ingin menjadi mu’alaf dan ingin mengenal agamaku aku sangat senang kini aku yang memeluk Kevin dengan erat. Malam itu adalah malam yang sangat bersejarah meski aku harus merasakan luka yang amat sakit tapi aku tetap yakin Tuhan adil dalam menghiburku.