TUGAS AKHIR BAHASA INDONESIA
(Autobiografi Diri Sendiri)
Disusun Oleh :
Silvi Yani
Kelas :
XI Teknik Komputer Dan
Jaringan A
Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga
SMKN 1 Cimahi
Jl. Maharmartanegara
No. 48 Kec. Cimahi Selatan. Telp/Fax (022)
6629683
Kota Cimahi
Namaku Silvi Yani, begitu singkat kan
namaku? itulah Doa dari kedua orang tua ku. Aku sering di Panggil Silvi atau
Sipli sebuah nama pleset dari
teman-teman terdekatku. Aku dilahirkan tepatnya di Bandung di sebuah desa kecil
pada tanggal 7 Maret 1998. Aku tumbuh menjadi seorang Gadis sederhana , ceria,
cerewet, bawel, itulah aku. Kini Aku berusia 16 tahun dan di duduk di
kelas 11 Sekolah Menengah Kejuruan jurusan Teknik Komputer di daerah Cimahi,
yaitu SMKN 1 Cimahi.
Aku di lahirkan ketika perekonomian
keluargaku sangat terguncang apalagi saat kehadiran ku pada saat itu yang tidak
di inginkan. Ibu ku adalah orang hebat menurutku, aku tau pendidikan ibu
sekolah dasar pun tidak selesai tapi jiwa usahanya begitu membara dalam
kehidupannya. Dulu Ibuku orang terpandang, perekonomiannya pun bisa di bilang
lebih dari cukup apalagi pada saat Ibu pertama kali menikah dengan suaminya
yang menghasilkan 2 anak perempuan cantik dan itulah kakak tiri ku. Namun
sayang, pada saat hamil putri kedua takdir berkata lain suami Ibu yang pertama
meninggal di sebabkan beliau mengindap penyakit liver. Ibu hampir saja stress karena
suami yang dicintainya kini telah pergi
meninggalkan 2 putri cantik yang masih kecil, yang pertama namanya Santi
Rohaeni dan yang kedua yaitu Fitriawati. Mereka berdua hanya selang berumur 2
tahun.
Lalu, Ibuku memutuskan untuk menikah
kembali. Bisa dibilang hanya untuk mencari kesenangan Ibuku tertipu terhadap
suaminya yang kedua, ternyata suami Ibu yang kedua sudah mempunyai istri dan
ironisnya ibuku tak tahu dan hanya terbujuk rayuan gombalnya saja. Mereka berdua
akhirnya memutuskan bercerai karena jika tidak istri suami Ibu yang kedua
mengamuk. Selang beberapa tahun Ibuku menikah kembali dan itu adalah Ayahku,
bisa dibilang dulu Ayahku tampan (kata Ibu) namun, untuk kesekian kali ibu
terbujuk rayuan gombal dan janji palsu Ayah. Ayah mengeruk harta Ibu, Ayah
senang sekali bermain-man dengan Dukun. Karena dia beranggapan uang yang hanya
beberapa lembar bisa menjadi satu koper. Ironisnya yah zaman dulu? Masih
percaya sama yang kaya gituan. Jangan ditiru ya!!
Memang tak masuk akal, ternyata Dukun
itu menipu Ayah. Pada saat itu Ibu marah, dan tak mau memberikan pinjaman uang
ke Ayah bukannya kerja tapi malah sibuk dengan urusan seperti itu. Akhirnya
melalui jalan pintas Ayah diam-diam meminjam uang kepada orang lain tanpa sepengetahuan
Ibu, dan tau-tau hutang itu menjadi banyak. Permasalahan ini yang membuat Ibu
sering cekcok dengan Ayah dan terpaksa Kakek turun tangan. Ayah pun pergi entah
ke mana hanya meninggalkan hutang sana sini, tapi sebelumnya, sebelum aku lahir
Ibu juga mempunyai anak dari Ayah sama anak perempuan ko tapi meninggal saat
berumur 2 bulan. Selang beberapa bulan Ibuku hamil lagi dan itu aku. Ibu hamil,
ketika pada saat genting-gentingnya kekacauan dalam kehidupan keluargaku. Harta
Ibu yang habis untuk membayar hutang Ayah, rumah Ibu di jual dan harus tinggal
di rumah Nenek dan Kakek ku juga sedikit membantu dalam pembayaran hutang
tersebut, mengorbankan tanah yang beliau miliki dijual dan uangnya di bayar untuk
hutang yang di tinggalkan orang tak bertanggung jawab itulah Ayahku.
Ketika Ibu tau beliau hamil lagi, ibu
tak mau dan menolak karena bisa di bilang kondisi mental dan jiwanya sedang drop,
Ibu memutuskan untuk menggugurkan kandungannya. Beliau sudah minum obat keras,
nanas, dll. Takdir Tuhan berkata lain, janinnya masih tetap hidup sampai lahir
ke dunia. Dan itulah aku.
Aku di besarkan oleh nenek ku karena Ibu
sibuk mencari uang untuk kehidupan ku, karena wajahku mirip sekali dengan Ayah
(katanya) aku kerap menjadi bulan-bulan Kakekku ketika Kakek lagi pusing atau
sedang ada masalah begitu juga Ibuku. Ibuku yang bersikap dingin serta acuh
terhadapku membuatku selalu iri terhadap kedua Kakak tiriku yang selalu manja.
Aku dan Kakak-kakak tiriku yang sangat berbeda aku itu hitam tapi Kedua Kakak
tiriku putih jelas itu adalah perbedaan. Aku dengan Kakak tiriku yang pertama umurnya
berselang 12 tahun sedangkan dengan Kakak tiriku yang kedua berselang umur 10
tahun. Kakak tiri ku yang pertama hanya bersekolah sampah tingkat SMK Swasta di
Kota Bandung tetapi Kaka tiri ku yang kedua bersekolah hanya sampai tingkat SMP
karena faktor biaya.
Saat aku masih kecil dan polos aku
terkenal cengeng dan tangisanku sangat mengganggu maka aku sering di sebut “tongeret”.
Tongeret itu sejenis hewan yang bunyinya sangat mengganggu di sekitar desaku. Tapi,
masa kecilku tidak suram. Aku masih bisa menikmati masa kecil ku yang berwarna
meski terkadang aku suka iri terhadap teman-temanku yang di manjakan oleh
Ayahnya. Aku pun semakin tumbuh dan muncul rasa ingin sekolah karena faktor
biaya aku langsung masuk SD dan itupun uang pendaftarannya dari kedua Kakak
tiriku yang pada saat itu sudah bekerja di sebuah Pabrik CV. Sempat menyusul
kediaman Ayah, untuk meminta nafkah untukku Ibu rela mencari informasi dimana pada
saat itu Ayah tinggal dan ternyata Ayah sudah menikah dan mempunyai anak tetapi
kali ini anaknya laki-laki. Ayah tinggal di sekitar kota Cimahi tepatnya di
Dustira yang letaknya cukup dekat dengan sekolah ku yang sekarang.
Pada saat itu, uang pendaftarn SD
sekitar Rp. 200.000,00 namun Ayahku hanya memberi uang Rp. 20.000,00. Sangat jauh
kan? “Itu sih uangnya cukup untuk ongkos aja dari Bandung sampai Cimahi”. Ibu
terus-terusan saja ngomel dengan berkata seperti itu di angkot, aku belum terlalu
mengerti karena pada saat itu umurku baru 6 tahun. Pada saat di SD peringkat ku cukup lumayan, aku
selalu meraih peringkat 1, pada saat kelas 4 SD Kakekku meninggal karena sakit
asma dan jantung. Ibu beralih menjadi tukang gorengan pada saat itu, akulah
yang sering disuruh pergi kepasar untuk belanja beberapa kilo pisang, singkong
parut, beberapa bungkus lumpia dan segala macam kebutuhan dapur. Alhasil aku
hapal harga-harganya. Setelah lulus aku berlanjut ke tingkat SMP dan disitu aku
masih meraih peringkat 1 meski bukan umum.
Pada saat SMP kelas 7 semester 2, banyak
barang yang harus di beli tapi aku malu jika aku selalu meminta uang kepada
Ibuku apalagi pada saat itu aku mengikuti ekstrakurikuler Paskibra yang bisa di
bilang banyak uang yang keluar terutama untuk lomba dan baju serta atribut
lain. Aku memutuskan untuk berjualan agar aku punya uang tambahan untuk sekedar
membeli LKS dan keperluan sekolah lain. Aku mulai berdagang dengan membuat
cilok dengan seblak yang hanya sekali-kalinya aku di ajari oleh Nenekku. Setiap
pulang aku belanja ke warung dan setiap subuh aku membuat cilok. Kegiatan
dagang itu pun bertahan sampai aku duduk di kelas 9 semester 1. Dagangannya kadang
aku jual sendiri di kelas, kadang juga aku titipkan di kantin sekolah. Karena supel
dengan orang lain, aku banyak kenal orang termasuk penjaga kantin ini. Kadang aku
selalu membantunya ketika penjaga kantin kewalahan menghadapi siswa yang sedang ribut-rbutnya jajan di
kantin ini. Kadang aku juga ga jajan karna keburu masuk tapi gak papa ini
pengalaman ku. Secape-capenya aku pasti
Tuhan selalu menghiburku di mana pun aku berada. Karena itulah yang terbaik.
Melewati masa-masa konyol di kelas 9
semester awal, aku juga merasakan indah nya jatuh cinta seperti apa. Mulai merasa
tertarik dan bisa di bilang aku pasaran, aku pacaran karena merasa sepi dan
sekedar hiburan, ada seseorang yang nemenin aku di saat aku sedih maupun
senang. Hubungan ini bisa di bilang bertahan hampir 2 tahun. Aku sering
memanggil nya dengan sebutan Kang Ramdan, dia adalah kakak kelas di SMP dan di
SMK jurusan teknik Elektronika Indrustri , dialah yang membantu dan menemaniku
di saat testing masuk SMK. Indah rasanya, sempat aku yakin bahwa dia adalah
jodohku, namun takdir berkata lain orang tuanya tidak setuju jika dia menjalin
hubungan lebih dengan gadis sederhana seperti aku, aku sadar ko. Makin ke sini dia
makin berubah dia bukan seperti akan yang aku kenal dan akhirnya dia memutuskan
ku tanpa alasan yang jelas meski dengan air mata dan rasa sakit yang tertinggal.
Aku yang asalnya sering pulang dan pergi bareng berangkat sekolah naik motor
dengannya kini harus naik angkot dengan jarak dan ongkos yang lebih mahal dan
sering telat dan kena hukum. Kisah Cinta yang aku alami seperti sinetron saja,
Hehe. Lucu jika di bayangkan kembali tapi sedih juga pada saat aku di putusin
lagi sayang-sayangnya. Sekali lagi takdir!
Di SMK aku juga berjualan untuk menambah
uang jajan, dan tambahan uang untuk setoran laptop yang aku kredit sisanya di
tambah dengan uang mamah. Di SMK aku memang tidak berprestasi seperti di SD dan
SMP bawaannya males dan cape banget rasanya, tugas yang numpuk waktu istirahat
kurang dan ngantuk seperti beban. Tetapi aku mencoba untuk tidak menyerah, karena
aku terkenal seorang gadis ceria yang meski kadang berperasaan cengeng, kuat
tapi rapuh itu lah kata-kata yang selalu teringat dari temanku. Soal ibuku yang
tadi nya acuh, kini Ibuku mulai berubah seiring berjalnnya waktu dan tak luput
dari Doa yang selalu aku panjatkan menjadi lebih perhatian, lebih baik juga. Karena
kedua Kakak tiri ku sudah menikah, dan hanya tinggal aku. Aku sadar aku
satu-satunya orang yang kini di harapkan oleh Ibu, pokonya aku harus mendapat kerja
yang layak setelah lulus dari STM dan membalas jasa Ibu, kedua Kaka tiri ku dan
semua orang yang telah membantu dan berusaha membuatku bahagia.
Soal Ayahku, soal Cinta yang kandas aku tidak terlalu
memikirkan karna aku harus bangkit menuju hari esok yang lebih cerah lagi. Karena
aku yakin semua indah pada waktunya dan semua yang di berikan oleh Tuhan adalah
memang yang terbaik karena Tuhan memberi
apa yang umat-Nya Butuhkan bukan yang umat-Nya Inginkan.